Selamat malam sahabat tani semua, di manapun anda berada semoga curahan nikmat kesehatan selalu di berikan Tuhan YME, penguasa semesta alam.
Malam ini kami dari Beras Hitam Nusantara ini memulai berbagi yang yang semestinya bukan domain kami. Kenapa bukan domain kami ? karena kami bukan ahli pertanian yang mumpuni, hanya saja sebagian hidup kami saat ini sehari harinya bergelut dengan lumpur sawah untuk bercocok tanam padi.
Yang kami tanam adalah jenis padi yang tidak biasa di tanam pak tani pada umumnya. Padi yang kami tanam ada jenis padi hitam.
Seperti tulisan kami di atas bahwa kami bukan pakar pertanian hanya sekelompok pemuda yang mencari sumber penghasilan dari bercocok tanam padi hitam....alangkah baiknya penjelasan detail kami serahkan ke yang lebih pakar.
Tulisan di bawah ini kami copy paste dari Bank Pengetahuan Pangan Indonesia
Mengenal Beras Hitam ( Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Pangan Indonesia 2010 )
Pernahkah
anda mendengar beras hitam? Beras hitam bukan ketan hitam. Bagi sebagian orang,
beras hitam bukan hal yang baru. Memang benar, beras hitam telah ditanam pada
jaman nenek moyang. Di dunia ini terdapat 3 jenis beras, yaitu beras putih,
beras merah atau brown rice, dan beras hitam. Pada umumnya petani
menanam beras putih. Sedangkan beras merah ditanam sebagai pangan fungsional,
yaitu baik dikonsumsi oleh penderita diabetes mellitus. Beras merah mulai
memasuki pasaran, bahkan di Gunungkidul dikenal dengan warung Sego Abang,
yang khusus menyediakan menu dari beras merah. Berbeda dengan kedua
jenis beras terdahulu, beras hitam, adalah varietas lokal berwarna hitam yang
hanya tumbuh dan dibudidayakan di daerah tertentu saja.
Penduduk
menyebut beras hitam dengan nama berbeda-beda. Di China, beras hitam disebut
Beras Terlarang, karena di masa kekaisaran Cina hanya boleh dikonsumsi para
bangsawan dan rakyat dilarang memakannya. Di Solo, beras ini dikenal dengan
nama Beras Wulung, di Cibeusi, Subang, Jawa Barat beras Gadog, di Sleman beras
Cempo Ireng atau beras Jlitheng, dan di Bantul beras Melik.
Beras hitam mengandung banyak aleuron dan endospermia
memproduksi antosianin sehingga warna beras menjadi ungu pekat mendekati hitam.
Zhimin Xu, staf pengajar Ilmu
Pangan di Louisiana State University of Agricultural Center di Baton Rouge,
Louisiana melaporkan bahwa selain antioksidan, antosianin, beras hitam juga
mengandung kadar gula yang lebih sedikit, lebih banyak serat dan vitamin E.
Disamping rasanya yang enak, pulen, dan wangi, beras hitam juga memiliki
keunggulan lain, misalnya manfaatnya bagi kesehatan.
Beras hitam berkhasiat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap
penyakit, memperbaiki kerusakan sel hati (hepatitis dan chirosis), mencegah
gangguan fungsi ginjal, mencegah kanker/tumor, memperlambat penuaan, sebagai
antioksidan, membersihkan kolesterol dalam darah, dan mencegah anemia. Berbagai studi menunjukkan bahwa antioksidan antosianin dapat
mengurangi kadar kolesterol low-density lipoprotein (LDL), atau
kolesterol jahat di dalam darah dan dapat membantu memerangi penyakit
jantung.
Penelitian mengenai kandungan nutrisi beras menunjukkan bahwa
beras hitam mengandung zat besi sebesar 15,52 ppm, jauh lebih tinggi dibanding
beras dari varietas IR64, Ciherang, Cisadane, Sintanur, Pandanwangi, dan Batang
Gadis. Tingginya kandungan zat besi menjadikan beras hitam sangat baik untuk
dikonsumsi oleh penderita anemia.
Bagaimana Memanfaatkan Beras Hitam?
Mengingat
kandungan gizi beras hitam lebih baik dari beras putih dan beras merah,
pemanfaatan beras hitam perlu digalakkan dalam rangka mengatasi gizi buruk.
Beras hitam dapat diolah melalui berbagai cara, dari yang sederhana sampai yang
canggih. Cara sederhana adalah memasak beras hitam menjadi nasi. Sedangkan cara
yang menggunakan teknologi tinggi adalah mengolahnya menjadi bubur/susu sereal
untuk sarapan, minuman, kue, biskuit, dan panganan lain.
Bagaimana
Upaya untuk Mendapatkan Varietas Beras Hitam?
Saat
ini, keberadaan beras hitam sangat langka. Seorang petani di daerah Kedon,
Ganjuran, Bantul melakukan perbanyakan benih beras hitam dari gabah yang
tercampur pada beras pecah kulit dari beras hitam yang dibelinya dari pasar.
Lama kelamaan semakin banyak benih yang dapat ditanam, hingga akhirnya dapat
menjual produknya dan semakin banyak peminatnya. Mengingat pentingnya beras
hitam bagi kesehatan, pengembangan varietas berdaya hasil tinggi, umur genjah,
dan tahan cekaman lingkungan menjadi semakin mendesak.
Sejak
tahun 2004-2005, telah dilakukan penyilangan dan seleksi untuk mendapatkan
galur padi beras hitam berdaya hasil tinggi dan berumur genjah. Materi genetik
yang digunakan adalah varietas Silugonggo yang berumur sangat genjah (90-104
HST), galur elit BP140F yang memiliki sifat padi tipe baru (PTB), dan Oryza
glaberrima yang memiliki warna kulit ari beras merah, toleran cekaman
abiotik (kekeringan, keracunan besi dan aluminium) dan tahan terhadap organisme
pengganggu tanaman (OPT) seperti hawar daun bakteri, hawar pelepah (sheath
blight), blas, nematoda, dan gulma. Penyilangan BP140F/Silugonggo//O.
glaberrima// Silugonggo yang berasnya berwarna merah memperoleh galur BM6
yang berasnya berwarna hitam.
Seleksi
selanjutnya dilakukan untuk mendapatkan galur-galur padi beras hitam yang
sifatnya stabil. Seleksi
berulang telah dilakukan di rumah kaca. BM6-6 adalah salah satu
galur padi beras hitam yang diperoleh dari seleksi berulang terhadap turunan
BM6 untuk warna beras hitam dan umur genjah atau sangat genjah. Namun ketika
ditanam kembali, galur BM6-6 masih belum stabil. Untuk mendapatkan galur yang
stabil (homozigot) secara cepat, pada MK 2009 dilakukan kultur antera
galur BM6-6.
Melalui
kultur antera, galur-galur murni homozigot dapat diperoleh hanya dalam
satu generasi. Dengan demikian, evaluasi untuk mengetahui kestabilan
karakter-karakter pada galur yang diinginkan dapat dilakukan pada generasi
awal. Dibandingkan dengan pemuliaan secara konvensional, yang membutuhkan
waktu lama untuk memperoleh galur
murni, teknik kultur antera dapat mempersingkat siklus seleksi.
Kultur antera BM6-6 menghasilkan galur BM6-6-2-5-1 yang akan
dievaluasi lebih lanjut karakter agronomisnya untuk mendapatkan varietas padi
beras hitam yang berdaya hasil tinggi, berumur genjah atau sangat genjah, dan
tahan/toleran cekaman biotik dan abiotik. Penggunaan galur-galur hasil kultur
antera untuk merakit varietas unggul sudah terbukti dapat mempersingkat waktu
seleksi. Dengan demikian, pengembangan varietas padi beras hitam kaya nutrisi
ini dapat direalisasikan untuk membantu menanggulangi
gizi buruk pada
masyarakat ekonomi lemah. <PI>